Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2020

𝕊𝕦𝕕𝕦𝕥 ℝ𝕚𝕟𝕕𝕦

Petang sudah ruang yang sempat kutunggu Menyirnakan jutaan rasa belenggu Mematahkan setiap rasa ingin temu.  Secuil angan yang sempat terngiang Pun seteguk harap yang kerap hilang Berulang mengusik jiwa dan pikir yang berusaha tenang Sayang, apa kau demikian?  Sabda mencinta telah terucap Meski usai dengan kalap Kendati malam berperang dengan siang  Atau senja yang memaksa ketika fajar,  Rinduku tetap Tak akan alih.  Mendambamu adalah rutinitas Pun mengelukanmu tak akan kenal batas Tautan kata demi kata kerap menjadi spontanitas Menggambarkan dirimu yang tak kunjung tuntas.  Entitas ku teguh menanti Nun pijak ku masih disini,  Sudut rindu. 

Percaya

Mempercayai memang tak mudah Pun dengan membuat yang lain percaya. Jangan mudah menghilang dengan sosok yang datang Jangan pura melupa dengan sosok yang telah ada Karena mencari yang abadi sejatinya tak bisa Ada masa dimana semua akan binasa. Binasa, Bukan hanya perihal kembali kepada Sang Kuasa Namun teruntuk mereka yang telah dipercaya malah berbalas dusta Mereka yang berjanji tanpa memberi bukti Dan mereka yang dulu telah dibela tapi membalas luka. Percaya bukan sekedar ungkap kata Lantas mendelik dengan segala kecamuk prasangka Mengutarakan dengan mengada-ngada Terlebih sampai mengadu domba. Walau berulang maaf telah tersulamkan Tetap saja percaya tak akan terkembalikan. Percaya itu sulit Gausah diperumit Buang saja olah pikir yang sempit Serta prasangka yang selalu menghimpit.

AMBISI

Bukannya aku tak pemerhati, Kau saja yang terlalu berambisi. Ketika kau bertanya perihal mimpi Sama sekali aku tak pernah menghalangi Bukan tak mendukung lalu menikung Bukan pula membiarkan sampai terabaikan Aku hanya ingin melihat sejauh mana kau mampu bertahan. Setiap insan punya privasi sendiri Punya akan jati diri Dan paham akan putusan pribadi. Tak harus dipublikasi untuk dipuji Apalagi untuk memperoleh sosok pemerhati. Inilah ruang untuk dirimu berdiskusi, Damaikan pikiran dengan hati Sinkronkan antara mimpi dan ambisi. Publik tak harus mengerti Seseorang disampingmu pun tak diwajibkan untuk memahami Jangan tuntut semua berpihak pada argumentasimu sendiri.

KAU

Kau sangat indah untuk di jumpa Sangat indah untuk disapa Pun sangat indah untuk disuka. Tak adil jika kau peroleh perilaku dusta. Selalu disiksa, Dengan rindu yang tak kunjung jumpa Dengan kasih yang amat merana Dengan pilu yang teraniaya Dan harap yang berakhir sengsara. Mencari memang tak selalu berseri Menanti pun tak seperti menagih janji, Unjuk gigi lalu untung tanpa mau rugi. Jika berkenan mengikat suci Kalahkan ego yang menguasi diri Tak perlu promosi kesana kemari Cukup perbaiki diri Kalau serasi pasti tak akan lari.

N A M P A K

Nampak bahagia yaa... Setiap candu yang bertumpu Setiap rindu yang bertemu Dan setiap angan yang perlahan menjadi kenang. Menyenangkan bukan? hehe

TERBATAS

Dengan segala keterbatasan Diri ini mengerti bila hanya dijadikan pelampiasan. Bukan hari senin yang sok ngangenin, bukan pula selasa yang mengaku diri ini luar biasa. Jika maju akan menyakitkan dan mundur akan menyebalkan,  maka dengan tegas memutuskan untuk diam dalam kegentingan. Genting karena hati yang memaksa keluar dari dinding perbatasan. Bukan untuk menyatakan, mungkin hanya butuh sedikit perhatian. Sekian, Ini bukan pernyataan. Bukan fakta yang harus dibenarkan. Karena ini hanya secuil curhatan.

Lelah Rehat Istirahat

Lelah, rehat, istirahat. Batin menyiksa perlahan tanpa permulaan Diriku pun tak sadar bahwa hati ini telah terhimpit pada perbatasan Pantas saja, semakin hari sesak memenuhi pikiran Ternyata inilah penyebab kejadian. Lelah memikirkan hatinya yang tak pernah lengah Tak pernah mengalah untuk memperbolehkan diriku menyapa dengan sumringah Padahal diri ini tak mengharap balas yang nantinya akan membuat terbang bebas Tengoklah keberadaanku saja, aku sudah puas. Mungkin ini waktu yang tepat untuk rehat Rehat dari segala perbincangan hati yang amat pelik untuk dilihat Rehat dari jutaan perih yang tak sadar telah menyayat Biarkan batin ini lega sejenak Tanpa diusik oleh bayanganmu yang somplak. Pikiran dan batin harus sinkron untuk istirahat Tak usah pedulikan omongan rakyat yang mencacat Dirimu juga butuh damai walau sesaat.